Berdakwah Melalui Surat-Menyurat Muhammad bin Abdul Wahab

Syeikh menempuh pelbagai macam dan cara, dalam menyampaikan dakwahnya, sesuai dengan keadaan masyarakat yang dihadapinya. Di samping berdakwah melalui lisan, beliau juga tidak mengabaikan dakwah secara pena dan pada saatnya juga jika perlu beliau berdakwah dengan besi (pedang).

Maka Syeikh mengirimkan suratnya kepada ulama-ulama Riyadh dan para umaranya, yang pada ketika itu adalah Dahkan Bin Dawwas. Surat-surat itu dikirimkannya juga kepada para ulama Khariq dan penguasa- penguasa, begitu juga ulama-ulama negeri selatan, seperti Al-Qasim, Hail, Al-Wasyim, Sudair dan lain-lainnya.

Beliau terus mengirimkan surat-surat dakwahnya itu ke seluruh penjuru Arab, baik yang dekat ataupun jauh. Semua surat-surat itu ditujukan kepada para umara dan ulama, dalam hal ini termasuklah ulama negeri Al-Ihsa’, Daerah Badwi dan Haramain (Mekah - Madinah). Begitu juga kepada ulama-ulama Mesir, Syria, Iraq, India, Yaman dan lain-lain lagi. Di dalam surat-surat itu, beliau menjelaskan tentang bahaya syirik yang mengancam negeri-negeri islam di seluruh dunia, juga bahaya bid’ah, khurafat dan tahyul.

Bukanlah bererti bahwa ketika itu tidak ada lagi perhatian para ulama Islam setempat kepada agama ini, sehingga seolah-olah bagaikan tidak ada lagi yang memperhatikan masalah agama. Akan tetapi yang sedang kita bicarakan sekarang adalah masalah negeri Najd dan sekitarnya.

Tentang keadaan negeri Najd, di waktu itu sedang dilanda serba kemusyrikan, kekacauan, keruntuhan moral, bid’ah dan khurafat. Kesemuanya itu timbul bukanlah karena tidak adanya para ulama, malah ulama sangat ramai jumlahnya, tetapi kebanyakan mereka tidak mampu menghadapi keadaan yang sudah begitu parah. Misalnya, di negeri Yaman dan lainnya, di mana di sana tidak sedikit para ulamanya yang aktif melakukan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, serta menjelaskan mana yang bid’ah dan yang sunnah. Namun Allah belum mentaqdirkan kejayaan dakwah itu dari tangan mereka seperti apa yang Allah taqdirkan kepada Syeikh Muhammad Bin `Abdul Wahab.

Berkat Hubungan Surat Menyurat Syeikh Terhadap Para Ulama Dan Umara Dalam Dan Luar Negeri, Telah Menambahkan Kemasyhuran Nama Syeikh Sehingga Beliau Disegani Di Antara Kawan Dan Lawannya, Hingga Jangkauan Dakwahnya Semakin Jauh Berkumandang Di Luar Negeri, Dan Tidak Kecil Pengaruhnya Di Kalangan Para Ulama Dan Pemikir Islam Di Seluruh Dunia, Seperti Di Hindia, Indonesia, Pakistan, Afthanistan, Afrika Utara, Maghribi, Mesir, Syria, Iraq Dan Lain-Lain Lagi.

Memang Cukup Banyak Para Da’i Dan Ulama Di Negeri-Negeri Tersebut Tetapi Pada Waktu Itu Kebanyakan Di Antara Mereka Yang Kehilangan Arah, Meskipun Mereka Memiliki Ilmu-Ilmu Yang Cukup Memadai.

Begitu Semarak Dan Bergemanya Suara Dakwah Dari Najd Ke Negeri-Negeri Mereka, Serentak Mereka Bangkit Sahut-Menyahut Menerima Ajakan Syeikh Ibnu `Abdul Wahab Untuk Menumpaskan Kemusyrikan Dan Memperjuangkan Pemurnian Tauhid. Semangat Mereka Timbul Kembali Bagaikan Pohon Yang Telah Layu, Lalu Datang Hujan Lebat Menyiramnya Sehingga Menjadi Hijau Dan Segar Kembali.

Demikianlah Banyaknya Surat-Menyurat Di Antara Syeikh Dengan Para Ulama Di Dalam Dan Luar Jazirah Arab, Sehingga Menjadi Dokumen Yang Amat Berharga Sekali. Akhir-Akhir Ini Semua Tulisan Beliau, Yang Berupa Risalah, Maupun Kitab-Kitabnya, Sedang Dihimpun Untuk DicetakDan Sebagian Sudah Dicetak Dan Disebarkan Ke Seluruh Pelosok Dunia Islam, Baik Melalui Rabithah Al-`Alam Islami, Maupun Terus Dari Pihak Kerajaan Saudi Sendiri ( Di Masa Mendatang). Begitu Juga Dengan Tulisan-Tulisan Dari Putera-Putera Dan Cucu-Cucu Beliau Serta Tulisan-Tulisan Para Murid-Muridnya Dan Pendukung-Pendukungnya Yang Telah Mewarisi Ilmu-Ilmu Beliau. Di Masa Kini, Tulisan-Tulisan Beliau Sudah Tersebar Luas Ke Seluruh Pelosok Dunia Islam.

Dengan Demikian, Jadilah Dar’iyah Sebagai Pusat Penyebaran Dakwah Kaum Muwahhidin (Gerakan Pemurnian Tauhid) Oleh Syeikh Muhammad Bin `Abdul Wahab Yang Didukung Oleh Penguasa Amir Ibnu Saud. Kemudian Murid-Murid Keluaran Dar’iyah Pula Menyebarkan Ajaran-Ajaran Tauhid Murni Ini Ke Seluruh Pelusuk Negeri Dengan Cara Membuka Sekolah- Sekolah Di Daerah-Daerah Mereka.

Namun, Meskipun Demikian, Perjalanan Dakwah Ini Tidak Sedikit Mengalami Rintangan Dan Gangguan Yang Menghalangi. Tetapi Setiap Perjuangan Itu Tidak Mungkin Berjaya Tanpa Adanya Pengorbanan. Sejarah Pembaharuan Yang Digerakkan Oleh Syeikh Muhammad Bin `AbdulWahab Ini Tercatat Dalam Sejarah Dunia Sebagai Yang Paling Hebat Dari Jenisnya Dan Amat Cemerlang.

Di Samping Itu, Hal Ini Merupakan Suatu Pergerakan Perubahan Besar Yang Banyak Memakan Korban Manusia Maupun Harta Benda. Karena Pergerakan Ini Mendapat Tentangan Bukan Hanya Dari Luar, Akan Tetapi Lebih Banyak Datangnya Dari Kalangan Sendiri, Terutama Dari Tokoh-Tokoh Agama Islam Sendiri Yang Takut Akan Kehilangan Pangkat, Kedudukan, Pengaruh Dan Jamaahnya. Namun, Oleh Karena Perlawanan Sudah Juga Digencarkan Muslimin Sendiri, Maka Orang-Orang Di Luar Islam Pula, Terutama Kaum Orientalis Mendapat Angin Segar Untuk TurutCampur-Tangan Membesarkan Perselisihan Diantara Umat Islam Sehingga Terjadi Saling Membid’ahkan Dan Bahkan Saling Mengkafirkan.

Masa-Masa Tersebut Telah Pun Berlalu. Umat Islam Kini Sudah Sedar Tentang Apa Dan Siapa Kaum Pengikut Dakwah Rasulullah Yang Diteruskan Muhammad Bin Abdul Wahhab (Dijuluki Wahabi). Dan Satu Persatu Kejahatan Dan Kebusukan Kaum Orientalis Yang Sengaja Mengadu Domba Antara Sesama Umat Islam Semenjak Awal, Begitu Juga Dari Kaum Penjajah Barat, Semuanya Kini Sudah Terungkap.

Meskipun Usaha Musuh-Musuh Dakwahnya Begitu Hebat, Sama Ada Dari Kalangan Dalam Islam Sendiri, Mahupun Dari Kalangan Luarnya, Yang Dilancarkan Melalui Pena Atau Ucapan, Yang Ditujukan Untuk Membendung Dakwah Tauhid Ini, Namun Usaha Mereka Sia-Sia Belaka, Karena Ternyata Allah SWT Telah Memenangkan Perjuangan Dakwah Tauhid Yang DipeloporiOleh Syeikh Islam, Imam Muhammad Bin `Abdul Wahab Yang Telah Mendapat Sambutan Bukan Hanya Oleh Penduduk Negeri Najd Saja, Akan Tetapi Juga Sudah Menggema Ke Seluruh Dunia Islam Dari Maghribi Sampai Ke Merauke, Malah Kini Sudah Berkumandang Pula Ke Seluruh Jagat Raya.

Dalam Hal Ini, Jasa-Jasa Putera Muhammad Bin Saud (Pendiri Kerajaan Arab Saudi) Dengan Semua Anak Cucunya Tidaklah Boleh Dilupakan Begitu Saja, Di Mana Dari Masa Ke Masa Mereka Telah Membantu Perjuangan Tauhid Ini Dengan Harta Dan Jiwa.

SIAPAKAH Salafiyyah ITU?

SEBAGAIMANA Yang Telah Disebutkan, Bahwa Salafiyyah Itu Adalah Suatu Pergerakan Pembaharuan Di Bidang Agama, Khususnya Di Bidang Ketauhidan. Tujuannya Ialah Untuk Memurnikan Kembali Ketauhidan Yang Telah Tercemar Oleh Pelbagai Macam Bid’ah Dan Khurafat Yang Membawa Kepada Kemusyrikan.

Untuk Mencapai Tujuan Tersebut, Syeikh Muhammad Bin `Abdul Wahab Telah Menempuh Pelbagai Macam Cara. Kadangkala Lembut Dan Kadangkala Kasar, Sesuai Dengan Sifat Orang Yang Dihadapinya. Beliau Mendapat Pertentangan Dan Perlawanan Dari Kelompok Yang Tidak Menyenanginya Karena Sikapnya Yang Tegas Dan Tanpa Kompromi, Sehingga Lawan- Lawannya Membuat Tuduhan-Tuduhan Ataupun Pelbagai Fitnah Terhadap Dirinya Dan Pengikut-Pengikutnya.

Musuh-Musuhnya Pernah Menuduh Bahwa Syeikh Muhammad Bin `Abdul Wahab Telah Melarang Para Pengikutnya Membaca Kitab Fiqh, Tafsir Dan Hadith. Malahan Ada Yang Lebih Keji, Yaitu Menuduh Syeikh Muhammad Telah Membakar Beberapa Kitab Tersebut, Serta Menafsirkan Al-Qur’an Menurut Kehendak Hawa Nafsu Sendiri.

Apa Yang Dituduh Dan Difitnah Terhadap Syeikh Ibnu `Abdul Wahab Itu, Telah Dijawab Dengan Tegas Oleh Seorang Pengarang Terkenal, Yaitu Al- Allamah Syeikh Muhammad Basyir As-Sahsawani, Dalam Bukunya Yang Berjudul Shiyanah Al-Insan Di Halaman 473 Seperti Berikut:

“Sebenarnya Tuduhan Tersebut Telah Dijawab Sendiri Oleh Syeikh Ibnu `Abdul Wahab Sendiri Dalam Suatu Risalah Yang Ditulisnya Dan Dialamatkan Kepada `Abdullah Bin Suhaim Dalam Pelbagai Masalah Yang Diperselisihkan Itu. Diantaranya Beliau Menulis Bahwa Semua ItuAdalah Bohong Dan Kata-Kata Dusta Belaka, Seperti Dia Dituduh Membatalkan Kitab-Kitab Mazhab, Dan Dia Mendakwakan Dirinya Sebagai Mujtahid, Bukan Muqallid.”

Kemudian Dalam Sebuah Risalah Yang Dikirimnya Kepada `Abdurrahman Bin `Abdullah, Muhammad Bin `Abdul Wahab Berkata: “Aqidah Dan Agama Yang Aku Anut, Ialah Mazhab Ahli Sunnah Wal Jamaah, Sebagai Tuntunan Yang Dipegang Oleh Para Imam Muslimin, Seperti Imam-Imam Mazhab Empat Dan Pengikut-Pengikutnya Sampai Hari Kiamat. Aku Hanyalah Suka Menjelaskan Kepada Orang-Orang Tentang Pemurnian Agama Dan Aku Larang Mereka Berdoa (Mohon Syafaat) Pada Orang Yang Hidup Atau Orang Mati Daripada Orang-Orang Soleh Dan Lainnya.”

`Abdullah Bin Muhammad Bin `Abdul Wahab, Menulis Dalam Risalahnya Sebagai Ringkasan Dari Beberapa Hasil Karya Ayahnya, Syeikh Ibnu `Abdul Wahab, Seperti Berikut: “Bahwa Mazhab Kami Dalam Ushuluddin (Tauhid) Adalah Mazhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Dan Cara (Sistem) Pemahaman Kami Adalah Mengikuti Cara Ulama Salaf. Sedangkan Dalam Hal Masalah Furu’ (Fiqh) Kami Cenderung Mengikuti Mazhab Ahmad Bin Hanbal Rahimahullah. Kami Tidak Pernah Mengingkari (Melarang) Seseorang Bermazhab Dengan Salah Satu Daripada Mazhab Yang Empat. Dan Kami Tidak Mempersetujui Seseorang Bermazhab Kepada Mazhab Yang Luar DariMazhab Empat, Seprti Mazhab Rafidhah, Zaidiyah, Imamiyah Dan Lain- Lain Lagi. Kami Tidak Membenarkan Mereka Mengikuti Mazhab-Mazhab Yang Batil. Malah Kami Memaksa Mereka Supaya Bertaqlid (Ikut) Kepada Salah Satu Dari Mazhab Empat Tersebut. Kami Tidak Pernah Sama SekaliMengaku Bahwa Kami Sudah Sampai Ke Tingkat Mujtahid Mutlaq, Juga Tidak Seorang Pun Di Antara Para Pengikut Kami Yang Berani Mendakwakan Dirinya Dengan Demikian. Hanya Ada Beberapa Masalah Yang Kalau Kami Lihat Di Sana Ada Nash Yang Jelas, Baik Dari Qur’anMahupun Sunnah, Dan Setelah Kami Periksa Dengan Teliti Tidak Ada Yang Menasakhkannya, Atau Yang Mentaskhsiskannya Atau Yang Menentangnya, Lebih Kuat Daripadanya, Serta Dipegangi Pula Oleh Salah Seorang Imam Empat, Maka Kami Mengambilnya Dan Kami Meninggalkan Mazhab Yang Kami Anut, Seperti Dalam Masalah Warisan Yang Menyangkut Dengan Kakek DanSaudara Lelaki; Dalam Hal Ini Kami Berpendirian Mendahulukan Kakek, Meskipun Menyalahi Mazhab Kami (Hambali).”

Demikianlah Bunyi Isi Tulisan Kitab Shiyanah Al-Insan, Hal. 474. Seterusnya Beliau Berkata: “Adapun Yang Mereka Fitnah Kepada Kami, Sudah Tentu Dengan Maksud Untuk Menutup-Nutupi Dan Menghalang-Halangi Yang Hak, Dan Mereka Membohongi Orang Banyak Dengan Berkata: `Bahwa Kami Suka Mentafsirkan Qur’an Dengan Selera Kami, Tanpa Mengindahkan Kitab-Kitab Tafsirnya. Dan Kami Tidak Percaya Kepada Ulama, Menghina Nabi Kita Muhammad SAW’ Dan Dengan Perkataan `Bahwa Jasad Nabi SAW Itu Buruk Di Dalam Kuburnya. Dan Bahwa Tongkat Kami Ini Lebih Bermanfaat Daripada Nabi, Dan Nabi Itu Tidak Mempunyai Syafaat.

Dan Ziarah Kepada Kubur Nabi Itu Tidak Sunat, Nabi Tidak Mengerti Makna “La Ilaha Illallah” Sehingga Perlu Diturunkan Kepadanya Ayat Yang Berbunyi: “Fa’lam Annahu La Ilaha Illallah,” Dan Ayat Ini Iturunkan Di Madinah. Dituduhnya Kami Lagi, Bahwa Kami Tidak Percaya Kepada Pendapat Para Ulama. Kami Telah Menghancurkan Kitab-Kitab Karangan Para Ulama Mazhab, Karena Didalamnya Bercampur Antara Yang Hak Dan Batil. Malah Kami Dianggap Mujassimah (Menjasmanikan Allah), Serta Kami Mengkufurkan Orang-Orang Yang Hidup Sesudah Abad Keenam, Kecuali Yang Mengikuti Kami. Selain Itu Kami Juga Dituduh Tidak Mahu Menerima Bai’ah Seseorang Sehingga Kami Menetapkan Atasnya `Bahwa Dia Itu Bukan Musyrik Begitu Juga Ibu-Bapaknya Juga Bukan Musyrik.’

Dikatakan Lagi Bahwa Kami Telah Melarang Manusia Membaca Selawat Ke Atas Nabi SAW Dan Mengharamkan Berziarah Ke Kubur-Kubur. Kemudian Dikatakannya Pula, Jika Seseorang Yang Mengikuti Ajaran Agama Sesuai Dengan Kami, Maka Orang Itu Akan Diberikan Kelonggaran Dan Kebebasan Dari Segala Beban Dan Tanggungan Atau Hutang Sekalipun.Kami Dituduh Tidak Mahu Mengakui Kebenaran Para Ahlul Bait R.A. Dan Kami Memaksa Menikahkan Seseorang Yang Tidak Kufu Serta Memaksa Seseorang Yang Tua Umurnya Dan Ia Mempunyai Isteri Yang Muda Untuk Diceraikannya, Karena Akan Dinikahkan Dengan Pemuda Lainnya Untuk Mengangkat Derajat Golongan Kami.

Maka Semua Tuduhan Yang Diada-Adakan Dalam Hal Ini Sungguh Kami Tidak Mengerti Apa Yang Harus Kami Katakan Sebagai Jawapan, Kecuali Yang Dapat Kami Katakan Hanya “Subhanaka - Maha Suci Engkau Ya Allah” Ini Adalah Kebohongan Yang Besar. Oleh Karena Itu, Maka Barangsiapa Menuduh Kami Dengan Hal-Hal Yang Tersebut Di Atas Tadi, Mereka TelahMelakukan Kebohongan Yang Amat Besar Terhadap Kami. Barangsiapa Mengaku Dan Menyaksikan Bahwa Apa Yang Dituduhkan Tadi Adalah Perbuatan Kami, Maka Ketahuilah: Bahwa Kesemuanya Itu Adalah Suatu Penghinaan Terhadap Kami, Yang Dicipta Oleh Musuh-Musuh Agama Ataupun Teman-Teman Syaithan Dari Menjauhkan Manusia Untuk Mengikuti Ajaran Sebersih-Bersih Tauhid Kepada Allah Dan Keikhlasan Beribadah Kepadanya.

Kami Beri’tiqad Bahwa Seseorang Yang Mengerjakan Dosa Besar, Seperti Melakukan Pembunuhan Terhadap Seseorang Muslim Tanpa Alasan Yang Wajar, Begitu Juga Seperti Berzina, Riba’ Dan Minum Arak, Meskipun Berulang-Ulang, Maka Orang Itu Hukumnya Tidaklah Keluar Dari Islam (Murtad), Dan Tidak Kekal Dalam Neraka, Apabila Ia Tetap Bertauhid Kepada Allah Dalam Semua Ibadahnya.” (Shiyanah Al-Insan, M.S 475)

Khusus Tentang Nabi Muhammad SAW, Syeikh Muhammad Bin `Abdul Wahab Berkata: “Dan Apapun Yang Kami Yakini Terhadap Martabat Muhammad SAW Bahwa Martabat Beliau Itu Adalah Setinggi-Tinggi Martabat Makhluk Secara Mutlak. Dan Beliau Itu Hidup Di Dalam Kuburnya Dalam Keadaan Yang Lebih Daripada Kehidupan Para Syuhada Yang Telah Digariskan Dalam Al-Qur’an. Karena Beliau Itu Lebih Utama Dari Mereka, Dengan Tidak Diragukan Lagi. Bahwa Rasulullah SAW Mendengar Salam Orang Yang Mengucapkan Kepadanya. Dan Adalah Sunnah Berziarah Kepada Kuburnya, Kecuali Jika Semata-Mata Dari Jauh Hanya Datang Untuk Berziarah Ke Maqamnya. Namun Sunat Juga Berziarah Ke Masjid Nabi Dan Melakukan Solat Di Dalamnya, Kemudian Berziarah Ke Maqamnya. Dan Barang Siapa Yang Menggunakan Waktunya Yang Berharga Untuk Membaca Selawat Ke Atas Nabi, Selawat Yang Datang Daripada Beliau Sendiri, Maka Ia Akan Mendapat Kebahagiaan Di Dunia Dan Akhirat.”

Tantangan Dakwah Salafiyyah

Sebagaimana Lazimnya, Seorang Pemimpin Besar Dalam Suatu Gerakan Perubahan , Maka Syeikh Muhammad Bin `Abdul Wahab Pun Tidak Lepas Dari Sasaran Permusuhan Dari Pihak-Pihak Tertentu, Baik Dari Dalam Maupun Dari Luar Islam, Terutama Setelah Syeikh MenyebarkahDakwahnya Dengan Tegas Melalui Tulisan-Tulisannya, Berupa Buku-Buku Mahupun Surat-Surat Yang Tidak Terkira Banyaknya. Surat-Surat Itu Dikirim Ke Segenap Penjuru Negeri Arab Dan Juga Negeri-Negeri Ajam (Bukan Arab).

Surat-Suratnya Itu Dibalas Oleh Pihak Yang Menerimanya, Sehingga Menjadi Beratus-Ratus Banyaknya. Mungkin Kalau Dibukukan Niscaya Akan Menjadi Puluhan Jilid Tebalnya.

Sebagian Dari Surat-Surat Ini Sudah Dihimpun, Diedit Serta Diberi Ta’liq Dan Sudah Diterbitkan, Sebagian Lainnya Sedang Dalam Proses Penyusunan. Ini Tidak Termasuk Buku-Buku Yang Sangat Berharga Yang Sempat Ditulis Sendiri Oleh Syeikh Di Celah-Celah Kesibukannya Yang Luarbiasa Itu. Adapun Buku-Buku Yang Sempat Ditulisnya Itu Berupa Buku-Buku Pegangan Dan Rujukan Kurikulum Yang Dipakai Di Madrasah- Madrasah Ketika Beliau Memimpin Gerakan Tauhidnya.

Tentangan Maupun Permusuhan Yang Menghalang Dakwahnya, Muncul Dalam Dua Bentuk:1. Permusuhan Atau Tentangan Atas Nama Ilmiyah Dan Agama,2. Atas Nama Politik Yang Berselubung Agama.

Bagi Yang Terakhir, Mereka Memperalatkan Golongan Ulama Tertentu, Demi Mendukung Kumpulan Mereka Untuk Memusuhi Dakwah Wahabiyah.

Mereka Menuduh Dan Memfitnah Syeikh Sebagai Orang Yang Sesat Lagi Menyesatkan, Sebagai Kaum Khawarij, Sebagai Orang Yang Ingkar Terhadap Ijma’ Ulama Dan Pelbagai Macam Tuduhan Buruk Lainnya.

Namun Syeikh Menghadapi Semuanya Itu Dengan Semangat Tinggi, Dengan Tenang, Sabar Dan Beliau Tetap Melancarkan Dakwah Bil Lisan Dan Bil Hal, Tanpa Mempedulikan Celaan Orang Yang Mencelanya.

Pada Hakikatnya Ada Tiga Golongan Musuh-Musuh Dakwah Beliau:1. Golongan Ulama Khurafat, Yang Mana Mereka Melihat Yang Haq (Benar) Itu Batil Dan Yang Batil Itu Haq. Mereka Menganggap Bahwa Mendirikan Bangunan Di Atas Kuburan Lalu Dijadikan Sebagai Masjid Untuk Bersembahyang Dan Berdoa Di Sana Dan Mempersekutukan Allah Dengan Penghuni Kubur, Meminta Bantuan Dan Meminta Syafaat Padanya, Semua Itu Adalah Agama Dan Ibadah. Dan Jika Ada Orang-Orang Yang Melarang Mereka Dari Perbuatan Jahiliyah Yang Telah Menjadi Adat Tradisi Nenek Moyangnya, Mereka Menganggap Bahwa Orang Itu Membenci Auliya’ Dan Orang-Orang Soleh, Yang Bererti Musuh Mereka Yang Harus SegeraDiperangi.

2. Golongan Ulama Taashub, Yang Mana Mereka Tidak Banyak Tahu Tentang Hakikat Syeikh Muhammad Bin `Abdul Wahab Dan Hakikat Ajarannya. Mereka Hanya Taqlid Belaka Dan Percaya Saja Terhadap Berita-Berita Negatif Mengenai Syeikh Yang Disampaikan Oleh Kumpulan Pertama Di Atas Sehingga Mereka Terjebak Dalam Perangkap Ashabiyah (Kebanggaan Dengan Golongannya ) Yang Sempit Tanpa Mendapat Kesempatan Untuk Melepaskan Diri Dari Belitan Ketaashubannya. Lalu Menganggap Syeikh Dan Para Pengikutnya Seperti Yang Diberitakan, Yaitu; Anti Auliya’ Dan Memusuhi Orang-Orang Shaleh Serta Mengingkari Karamah Mereka.Mereka Mencaci-Maki Syeikh Habis-Habisan Dan Beliau Dituduh Sebagai Murtad.

3. Golongan Yang Takut Kehilangan Pangkat Dan Jawatan, Pengaruh Dan Kedudukan. Maka Golongan Ini Memusuhi Beliau Supaya Dakwah Islamiyah Yang Dilancarkan Oleh Syeikh Yang Berpandukan Kepada Aqidah Salafiyah Murni Gagal Karena Ditelan Oleh Suasana Hingar-Bingarnya Penentang Beliau.

Demikianlah Tiga Jenis Musuh Yang Lahir Di Tengah-Tengah Nyalanya Api Gerakan Yang Digerakkan Oleh Syeikh Dari Najd Ini, Yang Mana Akhirnya Terjadilah Perang Perdebatan Dan Polemik Yang Berkepanjangan Di Antara Syeikh Di Satu Pihak Dan Lawannya Di Pihak Yang Lain.Syeikh Menulis Surat-Surat Dakwahnya Kepada Mereka, Dan Mereka Menjawabnya. Demikianlah Seterusnya.

Perang Pena Yang Terus Menerus Berlangsung Itu, Bukan Hanya Terjadi Di Masa Hayat Syeikh Sendiri, Akan Tetapi Berterusan Sampai Kepada Anak Cucunya. Di Mana Anak Cucunya Ini Juga Ditakdirkan Allah Menjadi Ulama.

Merekalah Yang Meneruskan Perjuangan Al-Maghfurlah Syeikh Muhammad Bin `Abdul Wahab, Yang Dibantu Oleh Para Muridnya Dan Pendukung- Pendukung Ajarannya. Demikianlah Perjuangan Syeikh Yang Berawal Dengan Lisan, Lalu Dengan Pena Dan Seterusnya Dengan Senjata, Telah Didukung Sepenuhnya Oleh Amir Muhammad Bin Saud, Penguasa Dar’iyah.

Beliau Pertama Kali Yang Mengumandangkan Jihadnya Dengan Pedang Pada Tahun 1158 H. Sebagaimana Kita Ketahui Bahwa Seorang Da’i Ilallah, Apabila Tidak Didukung Oleh Kekuatan Yang Mantap, Pasti Dakwahnya Akan Surut, Meskipun Pada Tahap Pertama Mengalami Kemajuan. Namun Pada Akhirnya Orang Akan Jemu Dan Secara Beransur-Ansur Dakwah Itu Akan Ditinggalkan Oleh Para Pendukungnya.

Oleh Karena Itu, Maka Kekuatan Yang Paling Ampuh Untuk Mempertahankan Dakwah Dan Pendukungnya, Tidak Lain Harus Didukung Oleh Senjata. Karena Masyarakat Yang Dijadikan Sebagai Objek Daripada Dakwah Kadangkala Tidak Mampan Dengan Lisan Mahupun Tulisan, Akan Tetapi Mereka Harus Diiring Dengan Senjata, Maka Waktu Itulah Perlunya Memainkan Peranan Senjata.

Alangkah Benarnya Firman Allah SWT: ” Sesungguhnya Kami Telah Mengutus Rasul-Rasul Kami, Dengan Membawa Bukti-Bukti Yang Nyata Dan Telah Kami Turunkan Bersama Mereka Al-Kitab Dan Mizan/Neraca (Keadilan) Supaya Manusia Dapat Melaksanakan Keadilan. Dan KamiCiptakan Besi Yang Padanya Terdapat Kekuatan Yang Hebat Dan Pelbagai Manfaat Bagi Umat Manusia, Dan Supaya Allah Mengetahui Siapa Yang Menolong (Agama)Nya Dan Rasulnya Padahal Allah Tidak Dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat Dan Maha Perkasa.” (Al-Hadid:25)

Ayat Di Atas Menerangkan Bahwa Allah SWT Mengutus Para Rasulnya Dengan Disertai Bukti-Bukti Yang Nyata Untuk Menumpaskan Kebatilan Dan Menegakkan Kebenaran. Di Samping Itu Pula, Mereka Dibekalkan Dengan Kitab Yang Di Dalamnya Terdapat Pelbagai Macam Hukum DanUndang-Undang, Keterangan Dan Penjelasan. Juga Allah Menciptakan Neraca (Mizan) Keadilan, Baik Dan Buruk Serta Haq Dan Batil, Demi Tertegaknya Kebenaran Dan Keadilan Di Tengah-Tengah Umat Manusia.

Namun Semua Itu Tidak Mungkin Berjalan Dengan Lancar Dan Stabil Tanpa Ditunjang Oleh Kekuatan Besi (Senjata) Yang Menurut Keterangan Al- Qur’an Al-Hadid Fihi Basun Syadid Yaitu, Besi Baja Yang Mempunyai Kekuatan Dahsyat. Yaitu Berupa Senjata Tajam, Senjata Api, Peluru,Senapan, Meriam, Kapal Perang, Nuklir Dan Lain-Lain Lagi, Yang Pembuatannya Mesti Menggunakan Unsur Besi.

Sungguh Besi Itu Amat Besar Manfaatnya Bagi Kepentingan Umat Manusia Yang Mana Al-Qur’an Menyatakan Dengan Wama Nafiu Linasi Yaitu Dan Banyak Manfaatnya Bagi Umat Manusia. Apatah Lagi Jika Dipergunakan Bagi Kepentingan Dakwah Dan Menegakkan Keadilan Dan Kebenaran Seperti Yang Telah Dimanfaatkan Oleh Syeikh Muhammad Bin `Abdul Wahab Semasa Gerakan Tauhidnya Tiga Abad Yang Lalu.

Orang Yang Mempunyai Akal Yang Sehat Dan Fikiran Yang Bersih Akan Mudah Menerima Ajaran-Ajaran Agama, Sama Ada Yang Dibawa Oleh Nabi, Mahupun Oleh Para Ulama. Akan Tetapi Bagi Orang Zalim Dan Suka Melakukan Kejahatan, Yang Diperhambakan Oleh Hawa Nafsunya, MerekaTidak Akan Tunduk Dan Tidak Akan Mau Menerimanya, Melainkan Jika Mereka Diiring Dengan Senjata.

Demikianlah Syeikh Muhammad Bin `Abdul Wahab Dalam Dakwah Dan Jihadnya Telah Memanfaatkan Lisan, Pena Serta Pedangnya Seperti Yang Dilakukan Oleh Rasulullah SAW Sendiri, Di Waktu Baginda Mengajak Kaum Quraisy Kepada Agama Islam Pada Waktu Dahulu. Yang Demikian Itu Telah Dilakukan Terus Menerus Oleh Syeikh Muhammad Selama Lebih Kurang 48Tahun Tanpa Berhenti, Yaitu Dari Tahun 1158 Hinggalah Akhir Hayatnya Pada Tahun 1206 H.

Adalah Suatu Kebahagiaan Yang Tidak Terucapkan Bagi Beliau, Yang Mana Beliau Dapat Menyaksikan Sendiri Akan Kejayaan Dakwahnya Di Tanah Najd Dan Daerah Sekelilingnya, Sehingga Masyarakat Islam Pada Ketika Itu Telah Kembali Kepada Ajaran Agama Yang Sebenar-Benarnya, Sesuai Dengan Tuntunan Kitab Allah Dan Sunnah Rasulnya.

Dengan Demikian, Maka Maqam-Maqam Yang Didirikan Dengan Kubah Yang Lebih Mewah Dari Kubah Masjid-Masjid, Sudah Tidak Kelihatan Lagi Di Seluruh Negeri Najd, Dan Orang Ramai Mula Berduyun-Duyun Pergi Memenuhi Masjid Untuk Bersembahyang Dan Mempelajari Ilmu Agama. Amar Ma’ruf Ditegakkan, Keamanan Dan Ketenteraman Masyarakat Menjadi Stabil Dan Merata Di Kota Mahupun Di Desa. Syeikh Kemudian Mengirim Guru-Guru Agama Dan Mursyid-Mursyid Ke Seluruh Pelusuk Desa Untuk Mengajarkan Ilmu-Ilmu Agama Kepada Masyarakat Setempat Terutama Yang Berhubungan Dengan Aqidah Dan Syari’ah.

Setelah Beliau Meninggal Dunia, Perjuangan Tersebut Diteruskan Pula Oleh Anak-Anak Dan Cucu-Cucunya, Begitu Juga Oleh Murid-Murid Dan Pendukung-Pendukung Dakwahnya. Yang Dipelopori Oleh Anak-Anak Syeikh Sendiri, Seperti Syeikh Imam `Abdullah Bin Muhammad, Syeikh Husin Bin Muhammad, Syeikh Ibrahim Bin Muhammad, Syeikh Ali Bin Muhammad. Dan Dari Cucu-Cucunya Antara Lain Ialah Syeikh `Abdurrahman Bin Hasan, Syeikh Ali Bin Husin, Syeikh Sulaiman Bin `Abdullah BinMuhammad Dan Lain-Lain. Dari Kalangan Murid-Murid Beliau Yang Paling Menonjol Ialah Syeikh Hamad Bin Nasir Bin Mu’ammar Dan Ramai Lagi Jamaah Lainnya Dari Para Ulama Dar’iyah.

Masjid-Masjid Telah Penuh Dengan Penuntut-Penuntut Ilmu Yang Belajar Tentang Pelbagai Macam Ilmu Islam, Terutama Tafsir, Hadith, Tarikh Islam, Ilmu Qawa’id Dan Lain-Lain Lagi. Meskipun Kecenderungan Dan Minat Mansyarakat Demikian Tinggi Untuk Menuntut Ilmu Agama, Namun Mereka Pun Tidak Ketinggalan Dalam Hal Ilmu-Ilmu Keduniaan Seperti Ilmu Ekonomi, Pertanian, Perdagangan, Pertukangan Dan Lain-Lain Lagi Yang Mana Semuanya Itu Diajarkan Di Masjid Dan Dipraktikkan Dalam Kehidupan Mereka Sehari-Hari.

Setelah Kejayaan Syeikh Muhammad Bersama Keluarga Amir Ibnu Saud Menguasai Daerah Najd, Maka Sasaran Dakwahnya Kini Ditujukan Ke Negeri Mekah Dan Negeri Madinah (Haramain) Dan Daerah Selatan Jazirah Arab. Mula-Mula Syeikh Menawarkan Kepada Mereka Dakwahnya Melalui Surat Menyurat Terhadap Para Ulamanya, Namun Mereka Tidak Mau Menerimanya.

Mereka Tetap Bertahan Pada Ajaran-Ajaran Nenek Moyang Yang Mengkeramatkan Kuburan Dan Mendirikan Masjid Di Atasnya, Lalu Berduyun-Duyun Datang Ke Tempat Itu Meminta Syafaat, Meminta Berkat, Dan Meminta Agar Dikabulkan Hajat Pada Ahli Kubur Atau Dengan Mempersekutukan Si Penghuni Kubur Itu Dengan Allah SWT.

Sebelas Tahun Setelah Meninggalnya Kedua Tokoh Mujahid Ini, Yaitu Syeikh Dan Amir Ibnu Saud, Kemudian Tampillah Imam Saud Bin `Abdul `Aziz Untuk Meneruskan Perjuangan Pendahulunya. Imam Saud Adalah Cucu Kepada Amir Muhammad Bin Saud, Rekan Seperjuangan Syeikh SemasaBeliau Masih Hidup. Berangkatlah Imam Saud Bin `Abdul `Aziz Menuju Tanah Haram Mekah DanMadinah (Haramain) Yang Dikenal Juga Dengan Nama Tanah Hijaz.

Mula-Mula Beliau Bersama Pasukannya Berjaya Menduduki Tha’if. Penaklukan Tha’if Tidak Begitu Banyak Mengalami Kesukaran Karena Sebelumnya Imam Saud Bin `Abdul `Aziz Telah Mengirimkan Amir Uthman Bin `Abdurrahman Al-Mudhayifi Dengan Membawa Pasukannya Dalam Jumlah Yang Besar Untuk Mengepung Tha’if. Pasukan Ini Terdiri Dari Orang- Orang Najd Dan Daerah Sekitarnya. Oleh Karena Itu Ibnu `Abdul `Aziz Tidak Mengalami Banyak Kerugian Dalam Penaklukan Negeri Tha’if, Sehingga Dalam Waktu Singkat Negeri Tha’if Menyerah Dan Jatuh Ke Tangan Salafi (Pengikut Syeikh Muhammad).

Di Tha’if, Pasukan Muwahidin Membongkar Beberapa Maqam Yang DiAtasnya Didirikan Masjid, Di Antara Maqam Yang Dibongkar Adalah MaqamIbnu Abbas R.A. Masyarakat Setempat Menjadikan Maqam Ini SebagaiTempat Ibadah, Dan Meminta Syafaat Serta Berkat Daripadanya.

Dari Tha’if Pasukan Imam Saud Bergerak Menuju Hijaz Dan MengepungKota Mekah. Manakala Gubernur Mekah Mengetahui Sebab PengepunganTersebut (Waktu Itu Mekah Di Bawah Pimpinan Syarif Husin), Maka HanyaAda Dua Pilihan Baginya, Menyerah Kepada Pasukan Imam Saud AtauMelarikan Diri Ke Negeri Lain. Ia Memilih Pilihan Kedua, YaituMelarikan Diri Ke Jeddah. Kemudian, Pasukan Saud Segera Masuk Ke KotaMekah Untuk Kemudian Menguasainya Tanpa Perlawanan Sedikit Pun.

Tepat Pada Waktu Fajar, Muharram 1218 H, Kota Suci Mekah Sudah BeradaDi Bawah Kekuasaan Muwahidin Sepenuhnya. Seperti Biasa, PasukanMuwahidin Sentiasa Mengutamakan Sasarannya Untuk Menghancurkan Patung-Patung Yang Dibuat Dalam Bentuk Kubah Di Perkuburan Yang Dianggap Keramat, Yang Semuanya Itu Boleh Mengundang Kemusyrikan Bagi Kaum Muslimin.Maka Semua Lambang-Lambang Kemusyrikan Yang Didirikan Di Atas Kuburan Yang Berbentuk Kubah-Kubah Masjid Di Seluruh Hijaz,Semuanya Diratakan, Termasuk Kubah Yang Didirikan Di Atas Kubur Khadijah R.A, Isteri Pertama Nabi Kita Muhammad SAW.

Bersamaan Dengan Itu Mereka Melantik Sejumlah Guru, Da’i, MursyidSerta Hakim Untuk Ditugaskan Di Daerah Hijaz. Selang Dua TahunSetelah Penaklukan Mekah, Pasukan Imam Saud Bergerak Menuju Madinah.Seperti Halnya Di Mekah, Madinah Pun Dalam Waktu Yang Singkat SajaTelah Dapat Dikuasai Sepenuhnya Oleh Pasukan Muwahhidin Di BawahPanglima Putera Saud Bin Abdul Aziz, Peristiwa Ini Berlaku Pada Tahun1220 H.

Dengan Demikian, Daerah Haramain (Mekah - Madinah) Telah Jatuh KeTangan Muwahidin. Dan Sejak Itulah Status Sosial Dan EkonomiMasyarakat Hijaz Secara Berangsur-Angsur Dapat Dipulihkan Kembali,Sehingga Semua Lapisan Masyarakat Merasa Aman, Tenteram Dan Tertib,Yang Selama Ini Sangat Mereka Inginkan.

Walaupun Sebagai Sebuah Daerah Yang Ditaklukan, Keluarga SaudTidaklah Memperlakukan Rakyat Dengan Sesuka Hati. Keluarga SaudSangat Baik Terhadap Rakyat Terutama Pada Kalangan Fakir Miskin YangMana Pihak Kerajaan Memberi Perhatian Yang Berat Terhadap NasibMereka. Dan Tetaplah Kawasan Hijaz Berada Di Bawah KekuasaanMuwahidin (Saudi) Yang Dipimpin Oleh Keluarga Saud Sehingga PadaTahun 1226 H.

Setelah Delapan Tahun Wilayah Ini Berada Di Bawah Kekuasaan ImamSaud, Pemerintah Mesir Bersama Sekutunya Turki, MengirimkanPasukannya Untuk Membebaskan Tanah Hijaz, Terutama Mekah Dan MadinahDari Tangan Muwahidin Sekaligus Hendak Mengusir Mereka Keluar DariDaerah Tersebut.

Adapun Sebab Campurtangan Pemerintah Mesir Dan Turki Itu AdalahSeperti Yang Telah Dikemukakan Pada Bahagian Yang Lalu, Yaitu KarenaPergerakan Muwahidin Mendapat Banyak Tantangan Dari Pihak Musuh-Musuhnya, Bahkan Musuh Dari Pihak Dalam Islam Sendiri Apalagi DariLuar Islam, Yang Bertujuan Sama Yaitu Untuk Mematikan Dan MemadamkanApi Gerakan Dakwah Salafiyyah Syeikh Muhammad Bin Abdul Wahhab.

Oleh Karena Musuh-Musuh Gerakan Salafiyyah Tidak Mempunyai KekuatanYang Memadai Untuk Menentang Pergerakan Wahabiyah, Maka MerekaMenghasut Pemerintah Mesir Dan Turki Dengan Menggunakan Nama Agama,Seperti Yang Telah Diterangkan Pada Kisah Yang Lalu. Akhirnya PasukanMesir Dan Turki Menyerbu Ke Negeri Hijaz Untuk Membebaskan Kedua KotaSuci Mekah Dan Madinah Dari Cengkaman Kaum Muwahiddin, SehinggaTerjadilah Peperangan Di Antara Mesir Bersama Sekutunya Turki Di SatuPihak Melawan Pasukan Muwahidin Dari Najd Dan Hijaz Di Pihak Lain.Peperangan Ini Telah Berlangsung Selama Tujuh Tahun, Yaitu Dari Tahun1226 Hingga 1234 H.

Dalam Masa Perang Tujuh Tahun Itu Tidak Sedikit Kerugian Yang DialamiOleh Kedua Belah Pihak, Terutama Dari Pihak Pasukan Najd Dan Hijaz,Selain Kerugian Harta Benda, Tidak Sedikit Pula Kerugian Nyawa DanKorban Manusia. Tetapi Syukur Alhamdulillah, Setelah Lima TahunBerlangsung Perang Saudara Di Antara Mesir-Turki Dan Wahabi, PihakMesir Maupun Turki Sudah Mulai Jemu Dan Bosan Menghadapi PeperanganYang Berkepanjangan Itu. Akhirnya, Secara Perlahan-Lahan Mereka SedarBahwa Mereka Telah Keliru, Sekaligus Mereka Menyadari BahwaSesungguhnya Gerakan Wahabi Tidak Lain Adalah Sebuah Gerakan AqidahMurni Dan Patut Ditunjang Serta Didukung Oleh Seluruh Umat Islam.

Dalam Dua Tahun Terakhir Menjelang Selesainya Peperangan, Secara Diam-Diam Gerakan Muwahidin Terus Melakukan Gerakan Dakwah Dan Mencetak Kader-Kadernya Demi Penerusan Gerakan Aqidah Di Masa-Masa Akan Datang. Berakhirnya Peperangan Yang Telah Memakan Waktu Tujuh Tahun Tersebut, Membikin Dakwah Salafiyyah Mulai Lancar Kembali Seperti Biasa.

Semua Kekacauan Di Tanah Hijaz Boleh Dikatakan Berakhir Pada Tahun1239 H. Begitu Juga Dakwah Salafiyyah Telah Tersebar Secara MeluasDan Merata Ke Seluruh Pelusuk Najd Dan Sekitarnya, Di BawahKepemimpinan Imam Turki Bin `Abdullah Bin Muhammad Bin Saud, AdikSepupu Amir Saud Bin `Abdul `Aziz Yang Disebutkan Dahulu.

Semenjak Kekuasaan Dipegang Oleh Amir Turki Bin `Abdullah, SuasanaNajd Dan Sekitarnya Berangsur-Angsur Pulih Kembali, SehinggaMemungkinkan Bagi Keluarga Saud (Al-Saud) Bersama Keluarga SyeikhMuhammad (Al-Syeikh) Untuk Melancarkan Kembali Dakwah Mereka DenganLisan Dan Tulisan Melalui Juru-Juru Dakwah, Para Ulama Serta ParaKhutaba.

Suasana Yang Sebelumnya Penuh Dengan Huru-Hara Dan Saling Berperang,Kini Telah Berubah Menjadi Suasana Yang Penuh Aman Dan DamaiMenyebabkan Syiar Islam Kelihatan Di Mana-Mana Di Seluruh TanahHijaz, Najd Dan Sekitarnya. Sedangkan Syi’ar Kemusyrikan Sudah HancurDiratakan Dengan Tanah. Ibadah Hanya Kepada Allah, Tidak Lagi KePerkuburan Dan Makhluk-Makhluk Lainnya. Masjid Mulai KelihatanSemarak Dan Lebih Banyak Dikunjungi Oleh Umat Islam, Dibanding KeMaqam-Maqam Yang Dianggap Keramat Seperti Sebelumnya.

Khususnya Daerah Hijaz Dengan Kota Mekah Dan Madinah, Begitu LamaTerputus Hubungan Dengan Kerajaan (Daulah) Saudiyah, Yaitu SemenjakPerlanggaran Mesir Dan Sekutunya Pada Tahun 1226 -1342, Yang BerertiLebih Kurang Seratus Duapuluh Tujuh Tahun Wilayah Hijaz Terlepas DariTangan Dinasti Saudiyah. Dan Barulah Kembali Ke Tangan Mereka PadaTahun 1343 H, Yaitu Di Saat Daulah Saudiyah Dipimpin Oleh Imam `Abdul`Aziz Bin `Abdurrahman Bin Faisal Bin Turki Bin `Abdullah BinMuhammad Bin Saud, Cucu Keempat Dari Pendiri Dinasti Saudiyah, AmirMuhammad Bin Saud Al-Awal.

Menurut Sejarah, Setelah Mekah - Madinah Kembali Ke Pangkuan ArabSaudi Pada Tahun 1343, Hubungan Saudi - Mesir Tetap Tidak Begitu BaikYang Mana Tidak Ada Hubungan Diplomatik Di Antara Kedua NegaraTersebut, Meskipun Kedua Bangsa Itu Tetap Terjalin Ukhuwah Islamiyah.Namun Setelah Raja Faisal Menaiki Tahta Menjadi Ketua Negara Saudi,Hubungan Saudi - Mesir Disambung Kembali Hingga Kini.